DIMEDIASI OMBUDSMAN, PDAM-BLF SALING ADU ARGUMEN
MEDIASI pengaduan masyarakat yang diakomodir Borneo Law Firm (BLF) terhadap kinerja pelayanan publik PDAM Bandarmasih yang berlangsung di Kantor Ombudsman Provinsi Kalimantan Selatan di Jalan S Parman, Banjarmasin, Selasa (9/5/2017), berlangsung cukup sengit.
DUGAAN pelanggaran UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen diangkat Presiden Direktur Borneo Law Firm,
Muhammad Fazri dan Ketua Tim Advokasinya, Harliansyah dengan membawa
segepok data serta hasil survei yang menunjukkan kinerja perusahaan plat
merah milik Pemkot Banjarmasin, jauh dari harapan memuaskan.
“Air leding yang disuplai PDAM Bandarmasih itu rumah pelanggan itu,
selain keruh juga tak lancar. Hingga memaksa para pelanggan harus
memasang pompa air, tentunya beban yang ditanggung pelanggan bukan hanya
kapasitas air yang ditarik menjadi besar, juga harus membayar listrik
lagi,” kata Harliansyah di depan Direktur Umum PDAM Bandarmasih Farida
Ariyati dan pejabat PDAM lainnya yang dimediasi langsung Kepala
Perwakilan Ombudsman Kalimantan Selatan, Noorhalis Majid.
Senada itu, Muhammad Pazri juga menilai saat terjadi kebocoran pipa
yang berimbas mati totalnya air leding, justru PDAM Bandarmasih tak
bertanggungjawab, seperti tak membayar kompensasi dan sebagainya.
Anehnya lagi, menurut dia, PDAM juga memberlakukan tarif dengan hitung
penggunaan air per 10 kubik yang jelas-jelas tidak masuk akal serta
membebani para pelanggan.
Pertanyaan menohok juga dilontarkan Muhammad Mauliddin. Wakil
Direktur Borneo Law Firm menegaskan sebagai pelanggan PDAM Bandarmasih
juga kecewa dengan pelayanan yang digaung-gaungkan prima itu. Faktanya,
menurut dia, beberapa kali mengadukan justru tak ada tanggapan seperti
mengontak call center serta menyebar di media sosial (medsos). “Selama
ini, air yang disuplai PDAM Bandarmasih ke rumah pelanggan itu juga
apakah sudah kategori layak dan lancar?” cecar Mauliddin.
Dialog dua arah ini pun menjadi hangat. Ketika Direktur Umum PDAM
Bandarmasih Farida Ariyati justru beralasan adanya faktor alam, seperti
kondisi air baku yang terintrusi air asin saat musim kemarau, sehingga
pengolahan air yang ada di IPA Sungai Bilu tak maksimal, sehingga harus
mengandalkan sepenuhnya pada IPA Sungai Tabuk.
Tak hanya itu, Farida Ariyati mengibaratkan PDAM Bandarmasih bak buah
simalakama. Artinya, satu sisi harus mengejar setoran keuntungan, dan
sisi lain harus melayani masyarakat Banjarmasin yang mau tak mau
membutuhkan air bersih, karena kondisi air sungai yang ada sudah
tercemar sedang dan berat. “Jujur saja, sejak 2013 lalu, kami harus
melayani 100 persen warga Banjarmasin. Termasuk, kami berupaya
menerapkan teknologi untuk mengolah air asin menjadi air tawar, tapi itu
biayanya sangat besar,” cetusnya.
Manager Pemasaran PDAM Bandarmasih, R Sudrajat juga berkilah dari
empat zona pelayanan distribusi air bersih, yang termasuk kategori
lancar hanya dua zona yakni Banjarmasin Selatan dan Banjarmasin Timur.
Sedangkan, Banjarmasin Barat dan Banjarmasin Utara belum maksimal
pendistribusian airnya. “Semua itu terkendala jaringan pipa. Jika zona
Banjarmasin Selatan dan Barat sudah diganti pipa jenis HDPE. Sedangkan,
Banjarmasin Barat dan Utara masih menggunakan pipa PVC. Makanya,
pendistribusian air di wilayah Barat dan Utara, sering kali mengalami
kebocoran pipa, sehingga harus diperbaiki dan diganti,” tutur Sudrajat.
Mengenai air keruh yang dinikmati pelanggan, Farida menjelaskan saat
perbaikan pipa memang sering terjadi. Namun, menurut dia, sebelum air
dialirkan, pipa-pipa yang diperbaiki itu dicuci, sehingga karat atau
bekas perbaikan itu tak terbawa ke rumah pelanggan. “Sekarang, kami juga
telah menerapkan sistem blok yang berisi 1.000 hingga 1.500 pelanggan
atau dikenal dengan distrik meter area (DMA). Memang idealnya harus
tersedia 110 DMA, sekarang PDAM Bandarmasih hanya memiliki 55 DMA. Untuk
memenuhinya perlu investasi besar,” ujar Farida.
Dengan sistem DMA ini, menurut dia, ketika terjadi perbaikan pipa dan
sebagainya, air leding yang keruh sebelum disalurkan akan diblokir,
sehingga tak sampai ke rumah pelanggan. Namun, faktanya, Farida mengakui
dengan ketiadaan modal, termasuk belum adanya penyertaan modal dari
Pemkot Banjarmasin dan lainnya, membuat PDAM Bandarmasih bertahan dengan
kondisi yang ada. “Sementara, jumlah pelanggan PDAM terus bertambah,”
ucapnya.
Ia juga menegaskan untuk mengantisipasi air leding tak lagi tercampur
dengan sisa-sisa perbaikan pipa atau endapan yang ada di jaringan pipa,
teknologi pengeboran tanah dengan kedalaman 3 meter sudah diterapkan
seperti di kawasan Jalan Sultan Adam.
Terus dicecar berbagai pertanyaan, termasuk air leding yang tak layak
diminum juga diakui Farida. Ia berdalih air yang bisa langsung diminum
bisa dinikmati di seputar kantor pusat PDAM Bandarmasih di Jalan Achmad
Yani Km 2 Banjarmasin. Namun, ketika air itu dialirkan ke rumah
pelanggan harus melalui pipa yang mengandung endapan lumpur, sehingga
tak sepenuhnya bisa dinikmati sebagai air minum. “Ya, setidaknya air
leding yang ada itu memang harus direbus dulu sebelum diminum,” katanya.
Farida mengatakan jika ingin menikmati mutu air menjadi air minum,
bukan lagi air bersih maka ongkos produksi juga cukup tinggi.
Menurutnya, harga air leding yang dijual PDAM Bandarmasih itu jauh lebih
murah dibandingkan air galon atau air kemasan. “Ini belum lagi melayani
keperluan air bersih seperti yang diamanatkan Kementerian Kesehatan
bagi keluarga atau masyarakat berpenghasilan rendah. Nah, air leding
yang mereka nikmati ini disubsidi,” tandasnya.
Mediasi yang berlangsung hampir dua jam lebih sejak pukul 10.00
hingga 12.30 Wita memang belum terjadi kesepakatan. Namun, PDAM
Bandarmasih memastikan akan memperbaiki kinerja pelayanannya kepada
publik. Sementara, Borneo Law Firm menegaskan akan terus memantau
realisasi janji perbaikan dari pabrik air milik Pemkot Banjarmasin itu.(jejakrekam)
Sumber berita : http://jejakrekam.com/2017/05/09/dimediasi-ombudsman-pdam-blf-saling-adu-argumen/
Sumber berita : http://jejakrekam.com/2017/05/09/dimediasi-ombudsman-pdam-blf-saling-adu-argumen/
Penulis : Didi G Sanusi
Editor : Didi G Sanusi
Foto : Didi G Sanusi